Rabu, 10 Juni 2015

Reuni sebagai "Ajang Ngumpulke Balung Pisah"

"Teman lama berkumpul dalam satu desa, tapi belum tentu mudah bertemu"
Status pada wall Facebook milik seorang teman itu seperti mewakili diriku juga. Bagaimana tidak, meski sudah hampir lima tahun kembali tinggal di desa setelah 'mengembara' di kota lain, aku sangat jarang bertemu teman-teman lama.
"Pada ngilang kemana ya?" pikirku.
Baru sekitar setengah tahun berselang, aku ketemu lagi dengan beberapa dari mereka dan membentuk sebuah grup dalam Facebook. Grup yang jadi ajang ngobrol 'semau gue'. Grup yang dibikin untuk mengingatkan kami ketika masih bau kencur berseragam putih merah, kemudian berlanjut ke putih biru. Grup yang terlahir karena ingin bersama membangun sebuah desa dimana kami tinggal. Meskipun aku terlahir bukanlah putera asli desaku, tetapi rasa memiliki dan mencintai desa ini telah tertanam begitu dalam.


Asyiknya, meski waktu telah terlewat hampir sepuluh tahun lamanya, kami tetap kompak dan 'romantis'. Terlebih lagi ketika mengenang cinta monyet, perseteruan dengan kelas sebelah, atau saat-saat kegilaan kami bermain di halaman sekolah. Canda dan tawa hingga makian ala anak muda pun terlahir tak terbendung mencairkan suasana.
Meski kadang tak dimungkiri otakku sendiri harus bekerja ekstra keras memutar ke belakang, memunguti serpihan memori ke masa-masa itu. Kamipun seperti berada pada masa ketika celana pendek menjadi kewajiban kami berangkat ke sekolah setiap hari. Cerita terus menggelinding mengelilingi kami yang dimabuk romantisme ala anak ingusan.
Niat mengumpulkan 'balung pisah' pun tercetuskan, hingga sibuk mempersiapkan berlangsungnya hajat besar yang bernama 'reuni'. Ini tentu saja bakalan jadi wujud kegembiraan merekatkan 'balung' itu kembali setelah sekian lama kami berjalan sendiri-sendiri mengikuti waktu.

**********
Ya, kembali ke masa lalu memang sangat menyenangkan. Banyak cerita setelah sekian lama para pelakunya saling menghilang. Dari goresan luka, hingga kisah berbunga-bunga muncul ketika bertemu 'balung' lama.
Reuni kemudian menjadi agenda tahunan kami selama libur lebaran. Sebenarnya, nggak hanya kami, tapi banyak orang melakukan hal ini. Setidaknya aku tahu hal itu lewat postingan di Facebook. Juga di koranpun banyak banget iklan baris yang ngumumin reuni dari angkatan 'jadul' sampai angkatan yang lebih 'fresh'.
"Temu Kangen," begitu kita biasa menuliskannya. Apakah itu berarti bertemu dan kangen-kangenan? Menginterpretasikan kangen-kengenan, aku inget juga postingan seorang teman beberapa waktu lalu di akun FB-nya. "Ketemu mantan SMP, CLBK terus jalan bareng ..." apa yang mereka pikirkan ... cintaaaa ... ato sayangggg ... ?! Arrrghhhhhh...........
Hemmmm, mungkin saja ia merasakan sesuatu yang nggak beres dengan mereka bereuni. Tapi jujur, aku kalau ditanya, lebih suka menjawab tidak tahu.
Meski aku sangat tahu, situasi dan kondisi bisa bikin 'balung' lama itu tetap (terlihat) sama atau berubah. Bisa saja yang dulu culun jadi kece. Yang dulunya jutek setengah mati jadi kalem. Bahkan si anak telatan dan tukang bolos (hehe, jadi malu sendiri) menjadi pebisnis sukses. Atau mungkin yang dulu tukang 'trouble maker', sekarang malah menjadi seoran pendidik yang dihormati. Seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu.
Terlepas dari semua cerita yang tidak melulu berupa keindahan masa lalu, reuni bisa menjadi momentum untuk mengikat kembali tali pertemanan dan persaudaraan yang sempat memudar.
Jadi, boleh dong ngutip tagline Facebook, kalau reuni itu 'helps you connect and share with the people in your life'.
Hehehe, betul???

Tidak ada komentar: