Sabtu, 01 April 2023

Prosa Perjalanan Hidupku

Kulangkahkan kaki di awal 'pagi', diatas hamparan rumput, yang dipenuhi 'embun' yang membentang, searah jalan mentari.

Kutiti jalan disamping sungai, yang tak hentinya mengirimkan pesan kepada samudra dibelakangku.
Namun, aku tak tau kemana tujuan kaki ini melangkah. Hanya ada dorongan kesana, ketika kudengar dari ayah ibuku, tentang kehidupan yang hak. Tempat kebahagiaan, kedamaian, dan cinta berada.

"Dimana?", tanyaku.
"Di sana, di depan sana," hanya itu yang kudengar.
"Bagaimana caraku mencapainya?"
"Teruslah kau melangkah, taklukan tiap jengkal rintang dalam langkahmu!"

Kucoba melihat ke depan sana, ke arah ayah ibuku menunjuk. Namun, hanya selubung kabut tebal disana. Pandanganku terbatas hamparan putih tebal.

Tetap kuteruskan langkahu, tuk menguak pekatnya kabut di depan. Kian kutapaki, semakin teranglah di sekelilingku. Namun, tetap kabur apa didepan sana. Akupun tertegun, 'kenapa hanya ruang yang kutempati yang terasa terang? Sedang di depan sana tetaplah kepekatan?'

Dengan ketidak tahuanku, tetap kutapaki tiap jengkal langkahku, di antara 'embun-embun' yang menempel di tiap lembar dedaunan. Begitu lekat, seperti enggan untuk lepas. Ia begitu jernih, menyejukkan.
Terbesit hasrat untuk mengambilnya, barang sebutir. Namu, oh.... 'embun-embun' itu berlari dari pegangannya, ketika kucoba memetik sehelai daun yang hijau. Ia masuk, meresap kedalam tanah.

Begitu sibuk dengan pikiranku, tak kusadari mentari mulai mencurahkan sinarnya untuk bumi. Tiba-tiba, 'embun-embun' itu berjatuhan. Mereka bersembunyi, berlindung ke dalam tanah. Telah lelahkah mereka berpegangan pada dedaunan yang segar itu?
'Tidak!' seruan itu yang muncul dalam benakku.
'Mereka -)embun-embun, tidak suka dengan panas mentari. Mereka tidak senang akan hiruk-pikuk yang tercipta ketika mentari mulai bangun dari tidurnya. Ya, mereka tak senang pada 'siang' hari. Siang yang panas, ramai oleh jutaan dusta. Jutaan janjin yang tiada pernah tertepati.
Ataukah, mereka takut untuk berdusta?

Jalanku kini mulai terjal, berbukit dan bertebing. Tak seindah dan sedatar pagi tadi. Aku mulai bisa merasakan hembusan angin yang sejuk, hingga sengatan mentari yang begitu menyiksa. Aku harus belajar bagaimana cara mendaki tebing yang tinggi. Akupun dihadapkan pada banyak percabangan, persimpangan, untuk kupilih, untuk kulalui hingga aku tak tersesat, agar dapat kutemukan tempat mimpi itu.
Mentari telah condong di depanku. Rasa silau mulai menampar wajahku. Jauh sudah aku melangkah. Kepenatan, lelah, dan bosan mulai hinggapi benakku. Namun dimanakah 'tempat' itu?
'Akankah kuhentikan langkahku disini? -)setelah perjuanganku selama ini? -)setelah pengorbananku sebanyak ini?
'Atau haruskah ku istirahat barang sejenak, sedangkan orang lain tetap berjalan, tetap melangkah?

'Ah....., adakah kebenaran cerita itu?'
'Adakah kebahagiaan, kedamaian dan cinta yang hakiki di muka bumi ini?'

'Dan, apabila 'sore' tlah tiba, telahkah kuberada di sana?'

Semoga,
Amin.

Tidak ada komentar: